Hari | Mulai | Selesai |
---|---|---|
Senin | 08:00:00 | 14:30:00 |
Selasa | 08:00:00 | 14:30:00 |
Rabu | 08:00:00 | 14:30:00 |
Kamis | 08:00:00 | 14:30:00 |
Jumat | 08:00:00 | 13:30:00 |
Sabtu | Libur | |
Minggu | Libur |
Menurut sumber yang dapat dipercaya sejarah Desa Abuan dahulu kala merupakan sebuah hutan belantara, dimana kehidupan masyarakat pada jaman dahulu masih primitif. Di dalam hutan konon hidup seorang Pendeta wanita yang melakukan yoga semedhi. Dengan kekuatan batin yang sangat tinggi beliau bersemedhi hingga suatu ketika timbul sinar suci yang membakar hutan disekitar tempat beliau bersemedhi, sehingga tempat yang tadinya merupakan hutan belantara berubah menjadi tempat yang dipenuhi dengan abu-abu bekas terbakarnya hutan. Lama kelamaan tempat ini menjadi tempat yang sangat subur, berkat kesuburan tanah ini datanglah orang – orang untuk bercocok tanam dan menetap di tempat ini.
Tanah yang tadinya tertimbun abu-abu ini dipelihara dan diolah untuk dijadikan lahan pertanian. Karena kesuburan tanah ditempat ini sangat subur sekali segala yang ditanam menjadi tumbuh dengan baik dan para petani dapat menikmati hasil pertaniannya berlimpah ruah. Oleh karena itu orang – orang pada zaman itu masyarakat yang menetap ditempat ini dan masyarakat disekitarnya menyebut tempat/tanah ini tanah abu-an, lama kelamaan sebutan abu-an ini berubah menjadi Abuan dan sekarang kita kenal dengan sebutan Desa Abuan. Untuk memperingati atau sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa terhadap kesuburan tanah yang telah memberikan kehidupan masyarakat yang mendiami tempat ini didirikankanlah sebuah pelinggih pada tempat persemedian Pendeta Wanita itu yang sekarang kita kenal dengan Pura Manik Geni, yang letaknya ditengah tengah Desa Abuan yaitu diantara Bale Br. Adat Abuan dan Kantor Perbekel Desa Abuan. Karena berita kesuburan tanah ini sudah tersebar yang menyebabkan orang orang berdatangan dan berdiam disekitar wilayah ini dan kehidupannya membentuk kelompok kelompok yang tujuannya ingin menikmati kesuburan tanah di Desa Abuan, dan masing masing kelompok mempunyai sebutan wilayah yang yang kita kenal dengan sebutan Banjar.
Adapun banjar – banjar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Dari ketiga banjar tersebut sekarang lazim disebut Br. Adat dan Br. Dinas, dan khusus Br. Dinas Abuan sudah dimekarkan menjadi 2 (dua) yaitu Br. Dinas Abuan Kangin dan Br. Dinas Abuan Kauh. Masing masing Br. Dinas dipimpin oleh kelian Br. Dinas dan secara Adat dipimpin oleh seorang Kelian Adat.
Demikian cerita yang diberikan oleh para tokoh masyarakat yang ada, mengenai keberadaan wilayah Desa Abuan.